DOMPU, LintasRakyat.Net – Banjir bandang seakan menjadi langganan tahunan di beberapa Desa di Kabupaten Dompu dan Bima, NTB.
Salah seorang ketua pemuda Desa Soro- Kempo Bustanul Arifin menyatakan hal itu disebabkan karena hutan sudah tidak mampu lagi menyerap air hujan. Lantaran sering terjadinya penggundulan hutan secara berlebihan di dua daerah tersebut.
“Banjir sudah menjadi langganan di daerah kami tercinta ini. Lebih khususnya di beberapa Desa di Kecamatan Kempo,”katanya.
Menurut dia, bagaimana tidak, hutan sudah tidak memiliki fungsi lagi untuk menyerap air hujan ketika hujan deras melanda. Faktanya memang seperti demikian, namun, di satu sisi, hutan merupakan mata pencaharian masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian basah (sawah- red). Di sisi lain, masyarakat yang tidak melakukan peladanganpun menjadi korban ketika banjir menyerang pemukiman warga ( Desa).
“Terus terang saja, kami selaku masyarakat ini seakan memakan buah simalakama. Di satu sisi, banyak saudara kami yang menggantung hidupnya di hutan untuk mencari sesuap nasi kebetulan didukung oleh program yang ditawarkan pemerintah derah yang memiliki semboyan NGGAHI RAWI PAHU, yaitu program terpijar. Sementara di sisi lain, imbas dari penggundulan hutan tersebut menyebabkan banjir dan hampir semua masyarakat di daerah kami yang menanggungnya,”sesalnya
Dia pun berharap kepada pemerintah agar bisa mencarikan solusi yang terbaik tentang persoalan banjir ini. Sebab, tuntutan kebutuhan pangan, sandang masyarakat menjadi perhatian utama pemerintah.
“Kami yakin dan sungguh meyakini pemerintah pasti memiliki solusi yang terbaik agar masyarakat bisa hidup tenang tanpa dilandasi rasa ketakutan dengan musibah tahunan ini,”pungkas Bustanul yang juga wartawan Lintasrakyat.net itu. (Faruk-LR)